Iman seorang Muslim
Þ seringkali mengalami pasang-surut.
Þ bertambah dan berkurang
Þ Kadangkala tidak bersungguh menjalankan ketaatan kepada Allah SWT.
Þ Kadangkala ketaatan berada pada tahap terendah bahkan langsung tidak ada.
Penting untuk selalu melakukan mujahadah an-nafsi (memerangi hawa nafsu) agar ia bisa selalu bersungguh-sungguh dalam menjalankan berbagai ketaatan kepada Allah SWT.
Allah SWT berfirman :
z`Ï%©!$#ur (#rßyg»y_ $uZÏù öNåk¨]tÏöks]s9 $uZn=ç7ß 4 ¨bÎ)ur ©!$# yìyJs9 tûüÏZÅ¡ósßJø9$# ÇÏÒÈ
“Orang-orang yang bermujahadah di jalan Kami pasti akan Kami tunjuki ke jalan-jalan Kami. Sesungguhnya Allah selalu beserta orang-orang yang berbuat kebajikan” (TQS al-Ankabut: 69).
Setiap Muslim wajib terus-menerus berada dalam ketaatan kepada Allah SWT selama hayat dikandung badan, sebagaimana firman-Nya :
ôç6ôã$#ur y7/u 4Ó®Lym y7uÏ?ù't ÚúüÉ)uø9$# ÇÒÒÈ
“Beribadahlah engkau kepada Tuhanmu hingga datang al-yaqin (maut) kepadamu” (TQS al-Hijr: 99).
Ketaatan sesungguhnya mencakup semua hal
Þ yang wajib - jelas tak boleh ditinggalkan dan
Þ yang sunnah - jangan disepelekan.
Keduanya merupakan sarana yang bisa mengantarkan pada taqarrub (pendekatan) kepada Allah SWT.
Kenapa selalu tidak bersungguh menjalankan ketaatan
Þ kesibukan duniawi
Þ malas
Þ tidak bersungguh memanfaatkan nikmat sihat dan peluang masa
Þ Mensia-siakan peluang.
Rasulullah SAW mengingatkan, ”Ada dua kenikmatan yang sering tak dihargai oleh kebanyakan manusia: sehat dan waktu luang.” (HR al-Bukhari).
Ummul Mukminin Aisyah RA pernah bertutur: Baginda Rasulullah SAW senantiasa menunaikan shalat malam hingga sering kedua kakinya bengkak-bengkak (karena begitu lama beliau berdiri, pen.). Aku pun bertanya kepada beliau, ”Mengapa engkau melakukan ini semua, duhai Rasulullah, padahal Allah benar-benar telah mengampuni dirimu, baik terkait dosa masa lalu maupun dosa yang akan datang?” Baginda Nabi SAW balik bertanya, ”Tidak bolehkah kalau aku ini menyukai untuk menjadi seorang hamba yang bersyukur?!” (Mutaffaq 'alaih).
Baginda Rasulullah SAW. adalah manusia yang dah dijamin Allah masuk syurga. Kita bagaimana?
Jalan ke surga sering terhalang oleh berbagai onak dan duri, sebaliknya jalan ke neraka malah dihiasai oleh ragam syahwat (kenikmatan dan kesenangan dunia).
Sabda Baginda Nabi: ”Neraka itu dihiasi oleh ragam kesenangan dunia (syahwat), sementara surga tertutupi oleh hal-hal yang tidak disukai.” (Mutaffaq 'alaih).
Kita hanya mungkin selamat dari azab neraka jika kita banyak meninggalkan kesenangan dunia, baik yang mubah (halal), makruh, apalagi yang haram. Sebaliknya, kita hanya mungkin bisa masuk surga dengan justru melakukan banyak hal yang sering tidak kita sukai: perlu kesungguhan dan kesabaran dalam menjalankan ketaatan.
Baginda Rasulullah banyak mendorong setiap Muslim untuk selalu bersungguh-sungguh dalam menjalankan ketaatan. Beliau, misalnya, bersabda, ”Jenazah itu biasa diiringi oleh tiga hal: keluarganya; hartanya; dan amalnya. Dua hal akan kembali. Satu hal akan tetap tinggal. Keluarga dan hartanya kembali, sementara amalnya tetap tinggal (menyertai jenazah).” (Mutaffaq 'alaih).
Kita perlu bersungguh-sunguh dalam memperbanyak amal salih karena itulah yang akan menjadi teman setia kita saat kita wafat dan menghadap Allah SWT kelak, bukan keluarga atau harta; kecuali—sebagaimana sabda Baginda Nabi SAW—anak-anak yang shalih, ilmu yang pernah diamalkan dan harta yang pernah disedekahkan sebagai amal jariah.
Baginda Rasulullah SAW juga pernah bersabda, ”Hendaklah engkau banyak bersujud. Sebab, tidaklah engkau bersujud satu kali kepada Allah, kecuali Dia mengangkat kedudukanmu satu derajat sekaligus menghapus dari dirimu satu kesalahan/dosa).” (HR Muslim).
No comments:
Post a Comment