Saturday, February 16, 2013

Bersungguh sungguh Menjalankan Ketaatan

*                Iman seorang Muslim
Þ               seringkali mengalami pasang-surut.
Þ               bertambah dan berkurang
Þ               Kadangkala tidak bersungguh menjalankan ketaatan kepada Allah SWT.
Þ               Kadangkala ketaatan berada pada tahap terendah bahkan langsung tidak ada.

*                Penting untuk selalu melakukan mujahadah an-nafsi (memerangi hawa nafsu) agar  ia  bisa  selalu  bersungguh-sungguh  dalam menjalankan berbagai ketaatan kepada Allah SWT.

*                Allah SWT  berfirman  : 

z`ƒÏ%©!$#ur (#rßyg»y_ $uZŠÏù öNåk¨]tƒÏöks]s9 $uZn=ç7ß 4 ¨bÎ)ur ©!$# yìyJs9 tûüÏZÅ¡ósßJø9$# ÇÏÒÈ  

“Orang-orang  yang bermujahadah di jalan Kami pasti akan Kami tunjuki ke jalan-jalan Kami. Sesungguhnya Allah  selalu  beserta orang-orang yang berbuat kebajikan” (TQS al-Ankabut: 69).

*                Setiap Muslim wajib terus-menerus berada dalam ketaatan  kepada  Allah  SWT  selama  hayat  dikandung badan,  sebagaimana  firman-Nya  :

ôç6ôã$#ur y7­/u 4Ó®Lym y7uÏ?ù'tƒ ÚúüÉ)uø9$# ÇÒÒÈ  

“Beribadahlah engkau kepada Tuhanmu hingga datang al-yaqin (maut) kepadamu” (TQS al-Hijr: 99).

*                Ketaatan sesungguhnya mencakup semua hal
Þ               yang wajib  - jelas  tak  boleh ditinggalkan dan 
Þ               yang  sunnah - jangan  disepelekan. 

Keduanya merupakan sarana yang bisa mengantarkan pada taqarrub (pendekatan) kepada Allah SWT.

*                Kenapa selalu tidak bersungguh menjalankan ketaatan
Þ               kesibukan  duniawi 
Þ               malas
Þ               tidak bersungguh memanfaatkan nikmat sihat dan peluang masa
Þ               Mensia-siakan peluang.

*                Rasulullah SAW mengingatkan, ”Ada  dua  kenikmatan  yang  sering  tak  dihargai  oleh kebanyakan  manusia:  sehat  dan  waktu  luang.”  (HR  al-Bukhari).

*                Ummul  Mukminin Aisyah RA pernah bertutur: Baginda Rasulullah SAW senantiasa menunaikan shalat  malam  hingga  sering  kedua  kakinya  bengkak-bengkak (karena begitu lama beliau berdiri, pen.). Aku pun bertanya kepada beliau, ”Mengapa engkau melakukan ini semua, duhai Rasulullah, padahal Allah benar-benar telah mengampuni dirimu, baik terkait dosa masa lalu maupun dosa  yang  akan  datang?”  Baginda  Nabi  SAW  balik bertanya, ”Tidak bolehkah kalau aku ini menyukai untuk menjadi  seorang  hamba  yang  bersyukur?!”  (Mutaffaq 'alaih).

Baginda Rasulullah SAW. adalah manusia yang dah dijamin Allah masuk syurga. Kita bagaimana?

*                Jalan ke surga sering terhalang oleh berbagai onak dan duri, sebaliknya jalan ke neraka malah  dihiasai  oleh  ragam  syahwat  (kenikmatan dan kesenangan  dunia).

Sabda Baginda Nabi: ”Neraka itu dihiasi oleh ragam kesenangan dunia (syahwat), sementara surga tertutupi oleh hal-hal yang tidak disukai.” (Mutaffaq 'alaih).

*                Kita hanya mungkin selamat dari azab neraka jika kita banyak meninggalkan kesenangan dunia, baik yang mubah (halal), makruh, apalagi yang haram. Sebaliknya, kita hanya mungkin bisa masuk surga dengan justru melakukan  banyak  hal  yang  sering  tidak  kita  sukai: perlu kesungguhan  dan  kesabaran  dalam  menjalankan ketaatan.

*                Baginda  Rasulullah banyak  mendorong  setiap  Muslim  untuk  selalu bersungguh-sungguh  dalam  menjalankan  ketaatan. Beliau, misalnya, bersabda, ”Jenazah itu biasa diiringi oleh tiga hal: keluarganya; hartanya; dan amalnya. Dua hal akan kembali. Satu hal akan tetap tinggal. Keluarga dan hartanya  kembali,  sementara  amalnya  tetap  tinggal (menyertai jenazah).”  (Mutaffaq 'alaih).

*                Kita perlu bersungguh-sunguh dalam memperbanyak amal salih karena itulah yang akan menjadi teman setia kita saat kita wafat dan menghadap Allah SWT kelak, bukan keluarga atau harta; kecuali—sebagaimana sabda Baginda Nabi SAW—anak-anak  yang  shalih,  ilmu  yang  pernah diamalkan dan harta yang pernah disedekahkan sebagai amal jariah.

*                Baginda  Rasulullah  SAW  juga  pernah  bersabda, ”Hendaklah  engkau  banyak  bersujud. Sebab, tidaklah engkau bersujud satu kali kepada Allah,  kecuali  Dia mengangkat  kedudukanmu  satu  derajat  sekaligus menghapus  dari  dirimu  satu  kesalahan/dosa).”  (HR Muslim).

Tuesday, January 29, 2013

Tip 8 P - Keluarga Bahagia

1.      Pujian Ikhlas

2.      Peluk
          Belaian penuh kasih sayang.

3.      Penghargaan
          beri hadiah

4.      Perhatian
          ambil berat

5.      Persefahaman
          tolak ansur
          saling memahami

6.      Pergaulan

7.      Percutian

8.      Permohonan
          doa kepada Allah

Thursday, January 3, 2013

Tiga Kemampuan Pemimpin

Organisasi yang memiliki kinerja luar biasa, rahsianya terletak pada pemimpinnya. Pemimpin perlu memiliki 3 ciri utama :
1.       Visioner,
*           pandangan jauh ke depan
*           cerdas membaca perkembangan persekitaran.
2.       Kemampuan managerial dan leadership yang mampan.
3.       Kemampuan berbicara saat memberikan sambutan atau pengarahan.
*           Ucapan perlu sistematik agar orang bawahnya tidak bingung.
*           Punya energi saat berbicara.

Thursday, November 8, 2012

Apa Kata Orang

Kisah Lukmanul Hakim dan anaknya ketika menunggang keldai ke pasar

Kes 1 : Ayah naik keldai dan anak berjalan menarik tali keldai.

Apa Kata Orang? “Tak guna punya orang tua, anak kecil disuruh berjalan”

Kes 2 : Anak naik keldai dan ayah berjalan menarik tali keldai.

Apa Kata Orang? “Kurang ajar punya anak, ayah disuruh berjalan”

Kes 3 : Ayah dan anak sama-sama berjalan menarik tali keldai.

Apa Kata Orang? “Bodoh punya orang, ada keldai tak nak naik”

Kes 4 : Ayah dan anak sama-sama naik keldai.

Apa Kata Orang? “Tak ada timbang rasa punya manusia, adakah patut keldai kecil naik sampai 2 orang”

Kes 5 : Ayah dan anak mengikat kaki keldai dan mendukong keldai.

Apa Kata Orang? “Gila punya orang, adakah keldai didukong”

*         Lumrah manusia, suka mengata, walaupun kebaikan yang kita lakukan.
*         Kalau kita melakukan kebaikan/kebenaran, janganlah berubah hati hanya kerana mendengar kata-kata orang lain. Yakinlah dengan diri sendiri dan gantung haraplah kepada Allah.
*         Apakata kalau keldai tu bagi saja kat dia orang? Tentu gembira atau tetap berkata, “kalau nak bagi, bagilah yang besar sikit”